Rabu, 24 September 2014




santri dilarang keras merokok. Dan sang Kiai pengasuh pondok pesantren itu tidak segan-segan memberikan takzir (hukuman) berat pada santri yang ketahuan melanggar aturan merokok di pesantren itu. Namun tentu saja ada santri nakal yang nekat melakukan pelanggaran.

Bahkan, sering beberapa santri yang tidak tahan ingin merokok mencari-cari kesempatan di malam hari, pada saat gelap di sudut-sudut asrama atau di gang-gang kecilnya, atau di tempat jemuran pakaian atau di pekarangan sang Kiai. Bahkan ada juga yang tidak jijik merokok di dalam WC sambil pura-pura sedang BAB.

Satu hari, saat malam telah larut, salah seorang santri perokok ingin kembali melakukan aksi terlarangnya. Meski sudah agak mengantuk karena kelamaan menunggu waktu yang aman untuk merokok, ia pun bergegas ke kebun belimbing, di belakang salah satu gedung pesantren itu. Santri itu lalu mendekati seseorang temannya di kejauhan yang sedang menyalakan rokok. Suasana disekitar yang jauh dari lampu penerangan membuat tempat itu memang agak gelap dan aman untuk merokok.

"Kang, minta rokoknya... sekalian dengan api-nya...sup." katanya sambil menyodorkan jari tengah dan telunjukknya.

Temannya langsung menyerahkan sebungkus rokok yang dipegangnya. Santri perokok itu tanpa memperhatikan temannya itu langsung buru-buru mengisap rokok.

"Alhamdulillah, asyik sup..." katanya. Diteruskan dengan isapan kedua, sambil memejamkan mata seakan menghayati isapan rokoknya.

Rokok semakin menyala, dan... dalam gelap dengan bantuan nyala rokok itu lama-lama kelamaan si santri mulai sadar dengan siapa dia sebenarnya saat itu sedang merokok bareng. Namun santri belum yakin betul dan diteruskan dengan isapan selanjutnya... Isapan yang dalam sehingga membuat rokok itu semakin menyala terang. Dan...

Ternyata... yang dia mintai rokok adalah Kiainya sendiri.

Bukan main, si santri itu sangat kaget dan ketakutan. Dia langsung kabur, lari tunggang langgang tanpa sempat mengembalikan rokok yang dipinjamnya.

Sang Kiai pun marah besar sambil berteriak :

"Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya, Kang...





NASEHAT SANG KIAI KEPADA SANTRI-SANTRINYA

“Aku akan segera bergabung dengan masa silam alias akan dipanggil oleh Tuhan”, kata seorang kiai di suatu sore kepada santri-santrinya.

Aku akan segera berlalu, masaku akan segera dikuburkan. Kamu sekalian para santri sekarang mulai menapaki masa peralihan dan anak-anakmu akan menjadi penghuni zaman baru yang dahsyat dan mengagumkan sesudah orde yang sekarang”.

Sami’na wa ‘atho’na..”, kata para santri dengan penuh ta’dzim. “Hamba mohon wahai pak kiai tancapkanlah cahaya yang menerangi cakrawala yang hamba jalani”.

Sang kiai terkekeh-kekeh. “Bahasa dan tata prilakumu semacam itu adalah bahasa generasiku. Sehingga besok akan terkubur bersamaku dan bahasamu yang bisa dikenal oleh masyarakat adalah bahasa Rap, bahasa extacy, dan bahasa-bahasa yang makin tidak mengenal sopan santun.

Hei, berlatihlah untuk meninggalkan upacara dan sopan santun yang barbagai dan bertele-tele semacam itu. Kemudian mulailahsatu cara hidup yang praktis, yang pragmatis, yang efektif dan efisien. Kemudian karena engkau adalah bapak dari anak-anakmu kelak, dan cara hidup baru itulah modal utama yang engkau ajarkan kepada anak-anakmu, agar mereka sanggup berlari seirama dengan zaman yang mereka jalani.

Cara hidupmu yang bertele-tele jangan engkau warisi dan jangan engkau wariskan kepada generasi dibawahmu agar mereka tidak digilas oleh buldoser suatu makhluq baru yang esok lusa akan lahir semakin banyak lagi”.

Si santri bertanya, “Apa nama makhluq baru itu pak kiai..?”

Sang Kiai menjawab, “namanya Al Khonglomeraat..”.

“Makhluq apa itu gerangan pak kiai..?!”.

“al khonglomeratu kabirun jiddan.. tubuhnya sangat besar.. salah satu kakinya di pantai teluk jakarta, kaki lainnya di gunung sebelah selatan Surakarta”.

“Pak kiai.. itu pasti semacam Gathutkaca yang berotot kawat dan bertulang besi..”.

“Bukan anakku, otot mereka bukan kawat dan balung mereka bukan besi...tapi otot mereka adalah jalan-jalan tol, tulang-tulang mereka adalah cor-cor besi gedung-gedung pencakar langit”.

“Jadi kalau begitu mereka sangat kuat ya kiai..”.

“Sangat-sangat kuat.. maka katakan pada saudara-saudaramu dan anak-anakmu jangan sekali-kali berusaha melawan mereka kalau belum sungguh-sungguh menghitung kekuatan sendiri”.

“Pak kiai, persisnya berapa kuat makhluq bernama khonglomerat itu..?”.

“Hampir tak tebayangkan karena dia sanggup mengalahkan dengan mudah semua pendekar-pendekar ulung. Apalagi sekedar bernama gubenur atau menteri. Kalau sekedar bupati atau setingkat hanya dijadikan slilit-slilit kecil disela-sela giginya.

Bahkan ada pimpinan-pimpinan didaerah seperti itu yang memaksakansebuah proyek harus segera dilaksanakan karena dia dipindahkan dari jabatannya dan harus mendapatkan bonus dari proyek yang dikerjakannya itu”.

“Ajaib ya pak kiai..!!”.

“Ya, ajaib.. kalau konglomerat meludah, setetes air liurnya menjadi sepuluh ton supermie. Kalau dia bersin riaknya menjadi miliayaran virus-virus.

kalau batuk jadi apa..?

Kalau batuk jadi mall.. supermarket dan plaza-plaza..”.

“Luar biasa kiai..! Makanan mereka itu apa sehari-hari..?”.

“Makanan mereka adalah sejenis jajan yang bernama Rakyat Kecil”.

“Kalau demikian..”, kata si santri, “Akan aku ajarkan pada anak-anakku ilmu binatang”.

“Lho.. apa maksudmu dengan ilmu binatang?”, tukas pak kiai.

“Ilmu keserakahan yai…”.

“Darimana kamu memperoleh ilmu bahwa ilmu keserakahan adalah milik binatang?”.

“Lho, pak kiai gimana, sudah menjadi pengetahuan umum sepanjang jaman bahwa yang dimaksud kebinatangan adalah kerakusan, kebencian dan kebiadaban”.

Sang kiai tertawa terbahak-bahak, “Kiai mana yang ilmunya sesat seperti itu..??Tidak ada binatang yang rakus itu.. tidak ada.. binatang itu selalu berhenti makan kalau sudah kenyang. Tidak ada binatang yang sudah kenyang masih terus makan.

Manusialah yang terus makan meskipun sudah kenyang..

Manusialah yang tidak pernah merasa cukup meskipun sudah memiliki ribuan perusahaan. Manusialah dan bukan binatang yang tetap merasa kurang meskipun ditangannya sudah tergenggam seratus milyar, meskipun sahamnya sudah berekspansi sampai kehutan-hutan dan dasar lautan maupun gunung-gunung disebelah wetan”.

“Manusialah..”, kata pak kiai, “..yang meskipun telah dia kuasai harta yang bisa dipakai untuk membeli 10 kota besar, berpendapat bahwa yang ia jalani adalah pola hidup sederhana!. Kalau 10 ekor semut bergotong-royong mengangkut sejumput gula, mereka tidak akan menoleh meskipun disekitarnya tergeletak sejumput gula yang lain.

Selasa, 23 September 2014



Sewaktu saya mesantren dulu, saya sempat belajar macam-macam do’a dan wirid. Ada doa agar mudah menghafal pelajaran, ada doa untuk membuka kunci pintu yang macet, ada doa memelet gadis, ada doa makan di warung tanpa bayar, ada doa naik kendaraan umum tanpa karcis, ada doa menghilang, dan macam-macam lagi.
Doa-doa itu sangat bermanfaat. Sebab, jika BBM nanti naik, segalanya menjadi mahal. Ongkos angkot, bus kota, travel, dan kereta-api pasti jadi mahal, sementara naik motor sekarang ini semakin macet. Karena itu, jika Anda mau, saya bisa bantu Anda dengan do’a yang jika Anda amalkan dengan sungguh-sungguh, Anda bisa terbang. Enak, gak repot!
Syaratnya sangat mudah: Anda harus shalat lima waktu dengan khusyu’, menjauhi ma’siyat, dan puasa Senin-Kamis.
Jika syarat-syarat di atas sudah Anda penuhi, bacalah bismillah 3x, lalu baca “Salamun salama… Salamun minal hawa… Salamun lana wa salamun lakum” 3x.
Cukup itu saja.


Besok Anda bisa mencobanya. Sesudah membaca doa itu dengan sungguh-sungguh, naiklah ke pohon, lalu meloncatlah. Jika Anda tidak jatuh, berarti Anda berhasil, tetapi jika Anda jatuh gedebug di tanah, berarti Anda belum lulus. Karena itu, cobalah sekali lagi. Jika masih gedebug di tanah, coba lagi. Begitu seterusnya sampai Anda betul-betul bisa terbang!





Ruh Tentang Manusia
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dllnya. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat didunia dan achkirat nanti?
Sebenarnya manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu:
  1. Jasmani.
    Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah.
  2. Ruh.
    Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
  3. Jiwa. (An Nafsun/rasa dan perasaan).
    Terdiri atas 3 unsur:
    • Syahwat/Lawwamah (darah hitam), dipengaruhi sifat Jin, sifatnya adalah: Rakus, pemalas, Serakah, dll (kebendaan/materialis)-menjadi beban masyarakat.
    • Ghodob/Ammarah ( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat Iblis, Sifatnya adalah: Sombong, Merusak, Angkara murka dll (Menentang)-Menjadi pengacau masyarakat.
    • Natiqoh/Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat malaikat, Sifatnya adalah: Bijaksana, Tenang, Berbudi luhur, Berachlak Tinggi dan Mulia- Menciptakan kedamaian dan kasih sayang.
Alat dari pada Jiwa yaitu otak, yang terdiri atas 3 bagian juga:
  1. Akal (timbangan) haq atau bathil
  2. Pikir (hitungan) Untung rugi
  3. Zikir (ingatan) Ingat Allah
Jadi kalau diibaratkan mobil maka jasmani ini adalah Body daripada mobil sedangkan Ruh sebagai Accu yang sifatnya hanyalah sebagai yang menghidupkan saja dan Jiwa adalah sopir atau yang mengendalikan dari pada mobilnya dimana dialah yang bertanggung jawab atas keselamatan dari pada mobil itu sendiri. Jadi Disini jelaslah bahwa yang dikatakan manusia itu adalah Jiwanya dimana dialah yang bertanggung jawab atas perbuatanya. 
Machluk machluk yang diciptakan Allah ( dimana ada yang menjadi musuh atau lawan manusia yaitu Iblis dan Jin kafir.) 
Ada 6 machluk yaitu:
  1. Malaikat, Dari Nur (cahaya) menerangi/mengawasi manusia.
  2. Iblis, Dari Nar (Api), sifatnya merusak, merupakan musuh manusia.
  3. Jin, Dari asap yang beracun, sifatnya memabukan, merupakan penggoda dan juga membantu manusia.
  4. Tumbuhan, Hanya mempunyai  naluri, berfaedah, untuk kebutuhan manusia.
  5. Hewan, Syahwat dan ghodob, berfaedah untuk kepentingan manusia.
  6. Manusia, Sebagai pengatur alam, pengurus dunia(khalifah rachmatan lil alamin).
Corak corak Manusia:
  • Mu'min
  • Kafir
  • Munafi
Perjalanan Kehidupan Manusia:
  1. Alam Arwah/Ruh, Masih didalam alam suci/taqdir ketentuan
  2. Alam Rahim, Didalam Kandungan Ibu/Qadarditentukan
  3. Alam Dunia/Alam Qodho, Penyelesaian/Untuk sementara
  4. Alam Kubur/Alam Barzah, Dalam tahanan alam Kubur/prefentif
  5. Alam Mizan, Timbangan Alam dibangkitkanya kembali Manusia
  6. Yaumil Ma'lum ( Hari Pengumuman/Keputusan), Sorga bagi yang beramal baik; Neraka bagi yang beramal buruk

Minggu, 21 September 2014




Aku berjalan di malam hari dan bintang menampakan sinarnya yang terang namun ketika dirimu datang bintang berubah menjadi gelap seperti di curi oleh terangnya wajahmu .


Mengenal ulma:




menghadapi datangnya kematian yang pasti terjadi, dengan memperbanyak amal-amal shaleh. Allah berfirman:
{الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً}
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (QS al-Kahfi: 46)



Berkata Fuadi Malam telah menjadi saksi atas kejujuran hambanya, ia telah melepaskan jaring-jaring cinta semu. Ia sadar, tak perlu baginya untuk mencari dan mendapatkan dambaan hatinya. Sebab tiada daya bagi seorang hamba untuk menentukan nasibnya.

Tugasnya hanyalah berusaha, hanya itu!. Dunia hanyalah permainan. dan aku akan bermain di dunia ini sebagaiman bermainnya imam-imam terdahulu, kekasih allah, orang-orang yang memegah teguh ajaran agamanya dan mereka yang selalu berusaha menjaga kesucian jiwa raga.





NASiHAT SANG KIAI KEPADA SANTRI-SANTRINYA

“Aku akan segera bergabung dengan masa silam alias akan dipanggil oleh Tuhan”, kata seorang kiai di suatu sore kepada santri-santrinya.

“Aku akan segera berlalu, masaku akan segera dikuburkan. Kamu sekalian para santri sekarang mulai menapaki masa peralihan dan anak-anakmu akan menjadi penghuni zaman baru yang dahsyat dan mengagumkan sesudah orde yang sekarang”.

“Sami’na wa ‘atho’na..”, kata para santri dengan penuh ta’dzim. “Hamba mohon wahai pak kiai tancapkanlah cahaya yang menerangi cakrawala yang hamba jalani”.

Sang kiai terkekeh-kekeh. “Bahasa dan tata prilakumu semacam itu adalah bahasa generasiku. Sehingga besok akan terkubur bersamaku dan bahasamu yang bisa dikenal oleh masyarakat adalah bahasa Rap, bahasa extacy, dan bahasa-bahasa yang makin tidak mengenal sopan santun.

Hei, berlatihlah untuk meninggalkan upacara dan sopan santun yang barbagai dan bertele-tele semacam itu. Kemudian mulailahsatu cara hidup yang praktis, yang pragmatis, yang efektif dan efisien. Kemudian karena engkau adalah bapak dari anak-anakmu kelak, dan cara hidup baru itulah modal utama yang engkau ajarkan kepada anak-anakmu, agar mereka sanggup berlari seirama dengan zaman yang mereka jalani.

Cara hidupmu yang bertele-tele jangan engkau warisi dan jangan engkau wariskan kepada generasi dibawahmu agar mereka tidak digilas oleh buldoser suatu makhluq baru yang esok lusa akan lahir semakin banyak lagi”.

Si santri bertanya, “Apa nama makhluq baru itu pak kiai..?”

Sang Kiai menjawab, “namanya Al Khonglomeraat..”.

“Makhluq apa itu gerangan pak kiai..?!”.

“al khonglomeratu kabirun jiddan.. tubuhnya sangat besar.. salah satu kakinya di pantai teluk jakarta, kaki lainnya di gunung sebelah selatan Surakarta”.

“Pak kiai.. itu pasti semacam Gathutkaca yang berotot kawat dan bertulang besi..”.

“Bukan anakku, otot mereka bukan kawat dan balung mereka bukan besi...tapi otot mereka adalah jalan-jalan tol, tulang-tulang mereka adalah cor-cor besi gedung-gedung pencakar langit”.

“Jadi kalau begitu mereka sangat kuat ya kiai..”.

“Sangat-sangat kuat.. maka katakan pada saudara-saudaramu dan anak-anakmu jangan sekali-kali berusaha melawan mereka kalau belum sungguh-sungguh menghitung kekuatan sendiri”.

“Pak kiai, persisnya berapa kuat makhluq bernama khonglomerat itu..?”.

“Hampir tak tebayangkan karena dia sanggup mengalahkan dengan mudah semua pendekar-pendekar ulung. Apalagi sekedar bernama gubenur atau menteri. Kalau sekedar bupati atau setingkat hanya dijadikan slilit-slilit kecil disela-sela giginya.

Bahkan ada pimpinan-pimpinan didaerah seperti itu yang memaksakansebuah proyek harus segera dilaksanakan karena dia dipindahkan dari jabatannya dan harus mendapatkan bonus dari proyek yang dikerjakannya itu”.

“Ajaib ya pak kiai..!!”.

“Ya, ajaib.. kalau konglomerat meludah, setetes air liurnya menjadi sepuluh ton supermie. Kalau dia bersin riaknya menjadi miliayaran virus-virus.

kalau batuk jadi apa..?

Kalau batuk jadi mall.. supermarket dan plaza-plaza..”.

“Luar biasa kiai..! Makanan mereka itu apa sehari-hari..?”.

“Makanan mereka adalah sejenis jajan yang bernama Rakyat Kecil”.

“Kalau demikian..”, kata si santri, “Akan aku ajarkan pada anak-anakku ilmu binatang”.

“Lho.. apa maksudmu dengan ilmu binatang?”, tukas pak kiai.

“Ilmu keserakahan yai…”.

“Darimana kamu memperoleh ilmu bahwa ilmu keserakahan adalah milik binatang?”.

“Lho, pak kiai gimana, sudah menjadi pengetahuan umum sepanjang jaman bahwa yang dimaksud kebinatangan adalah kerakusan, kebencian dan kebiadaban”.

Sang kiai tertawa terbahak-bahak, “Kiai mana yang ilmunya sesat seperti itu..??Tidak ada binatang yang rakus itu.. tidak ada.. binatang itu selalu berhenti makan kalau sudah kenyang. Tidak ada binatang yang sudah kenyang masih terus makan.

Manusialah yang terus makan meskipun sudah kenyang..

Manusialah yang tidak pernah merasa cukup meskipun sudah memiliki ribuan perusahaan. Manusialah dan bukan binatang yang tetap merasa kurang meskipun ditangannya sudah tergenggam seratus milyar, meskipun sahamnya sudah berekspansi sampai kehutan-hutan dan dasar lautan maupun gunung-gunung disebelah wetan”.

“Manusialah..”, kata pak kiai, “..yang meskipun telah dia kuasai harta yang bisa dipakai untuk membeli 10 kota besar, berpendapat bahwa yang ia jalani adalah pola hidup sederhana!. Kalau 10 ekor semut bergotong-royong mengangkut sejumput gula, mereka tidak akan menoleh meskipun disekitarnya tergeletak sejumput gula yang lain.

Tapi kalau manusia…

manusialah yang selalu sangat sibuk mengisi ususnya dengan penguasaan industri makanan dan kosmetik, industri otomotif, properti bahkan industri manipulasi atas Pancasila dan Kitab Suci”.

Sumbing belajar naik motor tokohnya adaalah sumbing dan 
Buta berkata sum ajarin aku naik motor yah , lalu sumbing manjawab ahuk , akhirnya dia naik motor lalu si buta membalap dan si sumbing kaget sumbit lalu berkata ada huang maksud si sumbing adalah jurang akhirnya buta berkata tenang ada di dompet si buta kira si sumbing bilang uang hahahah akhirnya sudah dekat dengan jurang si sumbing berkata heng ... heng ( maksudnya rem ) tapi buta terus membalapnya akhirnya jatuh deh di jurang tak lama sumbing berkata sambil mengangkat mulut atasnya ia berkata dari tadi aku bilang ada jurang tetap kamu balap...koplok......loe Ha....Ha....

Pagi menjelang siang, di asrama santri putra tampak seorang santri mengeluhkan rambutnya yang sudah panjang.
Santri : "Duh, rambutku dah panjang. Mumpung Hari Jum'at mubarok nih. Potong rambut ah, mumpung belum adzan Jum'at.
Si santri pun bergegas ke tukang cukur rambut yang cukup jauh dari pesantren. Sesampainya disana,
Santri : "Misi, Bang! Mau potong rambut nih, Bang. Berapa, Bang?"
T. Cukur : "Dipendekin apa digundul, Dhek?"
Santri : "Emang harganya beda ya, Bang? Kalau dipendekin berapa? Kalau digundul berapa, Bang?"
T. Cukur : "Dipendekin 3.000, kalau digundul cuma 2.000, Dhek."
Santri : "Dipendekin aja deh, Bang."
Setelah usai proses pemotongan rambut. Si santri pun menyerahkan upahnya kepada tukan cukur.
Santri : "Makasih ya, Bang. Ini uangnya, Bang!" (sambil menyerahkan uang Rp 5.000an.)
T. Cukur : "Ga ada uang pas, Dhek? Ini ga ada kembaliannya. Gimana dong?"
Santri : "Ga ada tuh, Bang. Saya cuma bawa uang itu doang." (diem sejenak) "Ya udah deh, Bang. Kembaliannya yang Rp 2.000 digundul saja"Ha Ha Ha Ha.....rambut kaga duit kaga



Tak selamanya cinta itu harus memiliki, seperti aku yang tak dapat memilikimu. Terkadang cinta itu butuh pengorbanan, seperti aku yang mengorbankan rasa ini demi kamu. Namun selamanya cinta itu indah, meski duka menghias di sepanjang jalannya, namun kita layak bersyukur atas karunia itu. Seperti aku yang selalu bersyukur karena kau telah menghiasi hari-hariku, Rani Sekar Dewi. Nama wanita pujaan hatiku, yang aku damba dan aku rindu. Memang aku tak dapat memilikimu secara utuh, namun kuyakin separuh jiwamu telah tergores namaku. Aku tak pernah menyesal bertemu dengannmu, aku harus bersyukur ALLOH mengirimkanmu untuk mengisi hari-hari sepiku, meski itu tak abadi. Adinda Rani yang selalu kanda sayangi, maafkan segala sesuatu yang telah kanda lakukan, kanda hanya seorang manusia biasa, yang mencoba mencintaimu dengan setulus hati. Semoga kau bahagia bersama orang pilihan Ayah dan Ibumu, aku akan selalu berdoa demi kebahagiaanku, meski harus kututupi wajahku dengan senyuman palsu, semua kulakukan demi kamu,


Renungan Santri

Bersamamu kulewati
Lebih dari seribu malam
Bersamamu yang kumau
Namun kenyataannya tak sejalan
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
Ijinkan aku untuk mencintanya
Namun bila waktuku telah habis dengannya
Biar cinta hidup sekali ini saja
Tak sanggup bila harus jujur
Hidup tanpa hembusan nafasnya
Tuhan bila waktu dapat kuputar kembali
Sekali lagi untuk mencintanya
Namun bila waktuku telah habis dengannya
Biarkan cinta ini, biarkan cinta ini
Hidup untuk sekali ini saja