Senin, 15 September 2014





 langit Malaikat pun diam, menyimak dengan seksama setiap kata yang terucap dari seorang gadis yang tak berdaya. Syair itu dibawa angin yang mulai lembut bertiup, jauh sekali, menusuk jantung malam.
Sejak saat itu, tak terdengar lagi syair-syair malaikat. Karena syair-syair gadis itulah yang kini menjadi pengisi malam. Syair-syair itu memenuhi setiap kekosongan yang ditinggalkan oleh manusia-manusia. Bahkan syair itu memenuhi kosongnya bentang langit. Menggema di sebuah ruang luasnya yang tak terbayangkan.
Jarum jam terus bergerak, semakin dekat dengan angka-angka yang sudah sedemikian akrab. Lalu sebuah kepastian datng lagi, kepastian yang menggelisahkan hati gadis itu, dan hati setiap orang yang menyadari arti gerak jarum jam.
Alam semakin menggeliat, gadis itu surut ke peraduan, tersungkur dalam kepastian yang mengherankan, terjerembab dalam lingkaran tanpa batas. Jarum jam sepertinya tunduk kepada takdir, tanpa sedikitpun ragu akan sifat waktu yang ambigu. Hanya gadis itu yang menyadari, bahwa kepastian yang akan menjemputnya adalah : sesuatu yang tak pasti.
Membalut luka dengan air mata
Terseok membaca jejak-jejak pengembara
Apa dayaku? Jika udara menyesakkan rongga dadaku
Dan ruang-ruang menghimpitku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar