Senin, 15 September 2014






Kyai Shaleh Darat Semarang adalah Pengasuh Pondok Pesantren tertua di Semarang pada abad 18 M lebih dikenal Pesantren Darat karena berada di wilayah Kampung Darat karena terletak di pinggir pantai laut Semarang.

Begitu terkenalnya karena kharismatik dan Ke’alimannya sehingga para santri dan para Kyai dari berbagai penjuru Tanah Jawa belajar kepada Kyai Sholeh Darat, yang kemudian dari beberapa murid tersebut lahir Ulama dan beberapa Tokoh Nasional, seperti diantaranya, KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadyah) dan RA. Kartini (Pahlawan Wanita), KH.R. Mahfudz Termas (Ahli Hadits), Kyai Dalhar (Magelang), Kyai Munawir (Yogyakarta), Kyai R. Asnawi (Kudus), Kyai Amir (Pekalongan), Kyai R. Dahlan Termas (menantu Kyai Shaleh), Kyai Mudzakir (Sayung), Kyai Abdurrahman (Mranggen), Kyai Idris (Surakarta), KH Abdul Hamid (Kendal),  Kyai Khalil (Rembang), Kyai  Penghulu  Tafsir Anom  (Kraton Surakarta).

Ulama yang dilahirkan di desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara  ±1229 H atau bertepatan dengan tahun  ±1811 M,  sangat produktif menulis karya kitab-kitab berbahasa Arab-Jawa ( Pegon ).

Lebih kurang dari 12 kitab telah ditemukan bahkan hingga kini menjadi banyak rujukan di Pondok  
Pesantren-Pondok Pesantren di Indonesia, yang diantaranya :

1. Majmu’atus Syariat Li Kafiyatul Awam.
2. Sabilil Abid ‘Ala Jauharotut Tauhid.
3. Munjihat.
4. Lathoifut Al Thoharoh Wa Asrarus Sholat.
5. Al-Hikam. 6. Minhajul Atqiya’,
7. Tafsir Faidz al Rahman,
8. Syarah Burdah,
9. Al Barzanzi,
10. Musyidul Wajiz,
11. Pasolatan,
12. Hadis Mi’roj.

Disamping sebagai seorang penulis kitab berbahasa Arab-Jawa (Pegon), ternyata Beliau juga seorang pejuang perang Kemerdekaan pada akhir abad 18 M hingga abad 19-an.

Hal ini di dasari dari rasa keprihatinan beliau melihat kondisi sosio-politik di Tanah Air pada masa itu, rakyat Indonesia dalam cengkraman, tekanan serta penindasan Kolonial Belanda dari berbagai sektor termasuk juga pendidikan. Sehingga rakyat Indonesia mengalami kebodohan dan keterbelakangan dari segi pendidikan dikarenakan pada masa itu yang bisa sekolah sampai jenjang tinggi hanya anak-anak bangsawan atau yang sederajat. Untuk kalangan rakyat jelata tidak diberi kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan.

Lewat pondok pesantren “Darat Semarang” yang diasuhnya, Kyai Sholeh Darat Semarang bertekad untuk berjihad fisabilillah memerangi kebodohan dan keterbelakangan. Dari sinilah Beliau mengatur siasat dan strategi untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Disamping itu, beliau juga kerapkali berdakwah dari satu kota ke kota lainnya di Indonesia, bahkan hingga Asia Tenggara sampai wafatnya ( pada hari Jum’at Legi, pukul 17.00 WIB, tanggal 28 Ramadhan 1321 H atau pada tanggal 18 Desember 1903 M, pada usia 92 tahun dan dimakamkan di pemakaman umum Bergota.

Untuk menghormati dan menghargai jasa-jasa perjuangan beliau, masyarakat Jawa Tengah, khususnya dan pada umumnya masyarakat se-Tanah Jawa selalu melaksanakan Haul di makam Beliau pada tanggal 10 Syawal. Bahkan nama beliau juga diabadikan menjadi nama sebuah jalan di kawasan Bergota. Hal itu tidak lain, untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa Beliau sebagai seorang ulama sekaligus sebagai seorang pejuang Kemerdekaan pada masanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar