Senin, 15 September 2014





suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat,
kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya.  Setelah semakin hari semakin banyak santri
yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping
rumah kyai.  Pada zaman dahulu kyai tidak
merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah
bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh
santri.  Kyai saat itu belum memberikan
perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya
sangat kecil dan sederhana.  Mereka
menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar
rumah kyai.  Semakin banyak jumlah
santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan.  Para santri selanjutnya memopulerkan
keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal ke mana-mana,
contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi
kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah
dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan
nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel- salah seorang
pengkaji keislaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh
(pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa
Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan
telah menarik santri untuk belajar.

B.     Definisi

Istilah
pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di mana kata "santri"
berarti murid dalam Bahasa Jawa.  Istilah
pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan.  Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan
nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.  Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren,
kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka
biasanya disebut lurah pondok.  Tujuan
para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka
belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan
juga Tuhan.

Pendapat
lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri.
 Kata santri berasal dari kata Cantrik
(bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti
guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama
yang disebut Pawiyatan.  Istilah santri
juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg
berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam
bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang
sarjana ahli kitab suci agama Hindu.  Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata
saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata
pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.[6]

C.     Peranan
Pesantren
pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama
Islam.  Namun, dalam perkembangannya,
lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu
mengakselerasikan mobilitas vertikal (dengan penjejalan materi-materi
keagamaan), tetapi juga mobilitas horisontal (kesadaran sosial).  Pesantren kini tidak lagi berkutat pada
kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung
melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat
(society-based curriculum).  Dengan
demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga
keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup
yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan
produk budaya Indonesia.  Keberadaan
Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi
sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum
kedatangan Islam.  Sebagai lembaga
pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui
memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.

Banyak
pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang
rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi.
 Meski begitu, jika dibandingkan dengan
beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih
murah.  Organisasi massa (ormas) Islam
yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU).  Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak
pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.

D.     Pengaruh pada Bidang Politik

Pesantren
merupakan salah satu tempat untuk belajar, tidak hanya belajar mengenai bidang
agama tetapi juga dalam bidang bidang lainnya yang digunakan dalam kehidupan
bersosial. Bidang bidang itu antara lain matematika, ekonomi, sosial, pertanian
dan banyak hal lainnya. Bidang bidang tersebut sangat berguna bagi suatu
masyarakat untuk membantu mensejahterakan dirinya sendiri. Ilmu ilmu tersebut
juga diperlukan bagi seorang pemimpin untuk mensejahterakan masyarakat yang
dipimpinnya.
Munculnya
pesantren dan pengaruhnya terhadap bidang politik hampir muncul secara
bersamaan. Hal tersebut dikarenakan dengan munculnya kaum berpendidikan dari
pesantren itu sendiri yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi politik di
suatu pemerintahan.
Dengan
munculnya pesantren masyarakat sekitar mulai menyekolahkan anaknya ke
pesantren. Dengan itu masyarakat mulai mengenal pendidikan khususnya pendidikan
islam lebih dalam. Tidak hanya sekedar masuk islam tetapi juga mengerti,
mahami, dan mengimani agama islam sepenuh hati. Tidak hanya masyarakat bawah
tetapi juga raja raja dari suatu kerajaan menitipkan anaknya dipesantren. Raja
tersebut menitipkan anaknya dengan tujuan untuk mempersiapkan anaknya sebagai
raja selanjutnya. Calon raja yang di sekolahkan di pesantren tersebutIlmu  yang dimiliki Raja raja atu penjabat lulusan
pesantren didasari atau berpondasi oleh Agama Islam. Hal tersebut selanjutnya
mempengaruhi unsur unsur dalam pemerintahan kerajaan. Dari mulai bentuk
pemerintahan, dan hukum hukum yang berlaku pada kerajaan. Hal tersebut dapat
dilihat pada beberapa kerajaan kerajaan yang mengganti penggunaan huruf huruf
lamanya menjadi huruf arab yang dimodifikasi. Dan juga raja raja yang mulai
menggunakan gelar sultan atau syeikh. Dengan terjadinya hal tersebut penyebaran
agama islam tidak sebatas pada rakyatnya saja teteapi juga dengan Kaum Raja
raja dan Penjabat Kerajaan.
            Tidak hanya pada zaman kerajaan
pengaruh pesantren pada bidang politik masih dapat kita rasakan sampai saat
ini. Contohnya dapat kita lihat pada partai partai islam dan organisasi
organisasi yang kebanyakan pendirinya merupakan alumi pesantren
Tokoh tokoh
nasional alimni pesantren di antara lain:

·       KH. Hasyim
Asy'ari (Pendiri Jam'iyah Nahdlatul Ulama),
·           KH. Hasyim Muzadi (Ketua PB Nahdlatul
Ulama),
·           Prof. Nurkholish Madjid mantan (Rektor
Universitas Paramadina),
·           Dr. Din Syamsuddin (Sekretaris Umum Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
·           KH. Abdurrahman Wahid, salah seorang kyai
yang terkenal, adalah mantan Presiden Republik Indonesia.  Ia adalah putra KH. Wahid Hasyim, seorang kyai
yang juga tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pernah dua kali menjabat
Menteri Agama di Indonesia.  Sementara
kakeknya adalah KH. Hasyim Asy'ari, seorang pahlawan nasional Indonesia dan
pendiri Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
·       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar